Pangeran Istana Langit adalah tulisan saya yang sangat istimewa. Selain karena ceritanya yang cukup panjang, menyelesaikan novel ini butuh perjuangan karena harus mengumpulkan tulisan dan referensi yang cukup banyak dan memakan banyak waktu.
2 tahun lebih, at least, novel ini selesai.
Selesainya sudah lama, dan sebelum terbit di blog ini, tulisan ini pernah menghampiri beberapa meja redaksi penerbit nasional. Bisa ditebak, karya saya yang fenomenal ini tidak lolos cetak. Mengapa? alasannya macam-macam sih, dari yang mulai tidak memberi jawaban (jelas ini alasan kebanyakan mereka), sampai yang katanya terlalu panjang. Tapi intinya, 'Pangeran Istana Langit' jelas diprediksi tak laku dipasaran.
Tersinggung? Tidak lah. saya sadar sesadar-sadarnya, tulisan saya memang anti mainstream. Sudah mah orang penyuka buku di negara kita teh sedikit, tambah lagi pake embel-embel sejarah, tambah lagi tebalnya nggak ketulungan. Orang bakalan mikir seribu kali buat beli buku saya. hehehe...
Daan... petualangan 'Pangeran Istana Langit' ternyata berakhir disini sodara-sodara... semoga kalau disini ada yang baca, hehehe...
Oh iya, Pangeran Istana langit bercerita tentang Kota Terlarang. Iya, ini istana kekaisaran Cina sebelum berubah republik dan akhirnya komunis, letaknya ada di Bei Jing sana.
Saya mengambil setting pada masa Kang Xi dari Ching/manchu berkuasa. ini penting saya katakan, karena teman-teman saya banyak yang nyangka kalau Kang Xi ini tokoh khayalan seperti Yu Lan dan Ho San Ni.
Selain Kaisar kang Xi, tokoh yang ada aslinya adalah Yinreng dan Yinti, juga pastut Ferdinand. selain itu, cuma fiksi belaka. tapi, sebagimana para novelis lainnya (weees ah aku ngaku-ngaku novelis, hahaha), saya berharap tulisan ini memberi sesuatu pada pikiran dan hati pembaca. sesuatu yang mengunggah, juga merubah. Atau paling tidak, memberi kesadaran bahwa China adalah saudara tua kita.
Lewat Ho San Ni dan Yulan, saya ingin kita mengingat, bahwa pada negeri yang terlupa di Xin Jiang sana, ada saudara kita yang tengah berjuang...
Semoga, harapan saya menjadi kenyataan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar