Sabtu, 06 Februari 2016

Buku Terlarang di Arena BBF 2016


Ada bulu kuduk meremang ketika saya menemukan buku ini diantara buku-buku yang dijual di arena Bandung Book Fair. Buku ini terpajang sombong tanpa malu-malu dideretan buku-buku yang dijuduli 'buku dari bapak bangsa', persisnya saya lupa, tapi setema itulah. Buku ini saya temukan ketika mata saya begitu berbinar karena menemukan tulisan-tulisan lama karya HOS. Tjokroaminoto, M. Natsir, juga Soekarno. Tapi semangat saya yang meluap langsung kempis seperti kerupuk tersiram air panas begitu melihat buku ini ada di deretan buku mereka.

Antara marah dan ngeri, saya menghampiri penjaga stand, dan sediki mengancamnya untuk menarik buku itu kedalam. Setelah ada jawaban 'iya' berkali-kali darinya, saya dan suami pun kembali berkeliling. Melihat-lihat stand lain, rupanya sudah kehilangan nikmat. Ingatan saya selalu kembali pada buku-buku ini.

Kaki saya lemas, tangan saya bergetar, dan kepala saya mendidih. Oh ya, saya tak bisa puas hanya dengan mengongatkan penajga toko yang mengaku tak tahu apa-apa. Saya dan suami sepakat menuju meja panitia, yang akhirnya mempertemukan kami dengan penanggungjawab acara. Beliau yang memperkenalkan diri dengan nama 'Agus' menyambut kami ramah dan berjanji akan melihat lokasi. Meski tak menjanjikan akan menarik buku tersebut. Tapi toh, saya sudah mengingatkan mereka. Kewajiban saya sudah tunai. Di mata Allah, tanggung jawab saya telah selesai…

Tapi… selesaikah pikiran saya hingga batas itu? Tidak. Buku itu, mengusik sisi terdalam dalam benak saya, menimbulkan ribuan pertanyaan yang entah pada siapa harus saya lontarkan.

1. Tidakkah orang lain yang melihat buku itu sama merinding dan takutnya pada pemikiran atheis yang dibawa buku itu? Mengingat, dari beberapa orang, sepertinya hanya saya yang gelisah di stand itu pada waktu itu? Atau adakah yang juga gelisah dan dama protes seperti saya, namin saya tak tahu? Saya berharap demikian. Sungguh saya berharap demikian...

2. Dari sekian lama pengembaraan saya di toko buku, di arena pameran buku, rasanya baru kali ini saya menemukan buku terlarang itu tertangkap pandangan saya. Baru kali ini saya lihat buku itu nyaman saja terpajang. Apakah larangan organisasi haram PKI telah dicabut tanpa saya tahu informasinya? Ataukah telah terjadi kelonggaran massal entah karena apa? Sebagaimana longgar dan bebasnya para penganut syiah dan liberal berjalan di bumi Indonesia sekarang ini?

3. Apakah siswa siswi sekarang ini, pelajar, remaja, tak lagi mendapatkan doktris keras tentang betapa bahayanya organisasi ini, sebagaimana dulu saya mendapatkannya semasa sekolah?

4. Apakah era sekarang telah begitu longgarnya pada pemikiran-pemikiran mereka?

5. Apakah...?

6. Apakah…

7. Oh, Allah…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar