Selasa, 15 November 2016

Max Havelaar, Sebuah Ulasan


Buku ini saya cari-cari sejak puluhan tahun yang lalu. Lebay? Nggak! Saya serius!

Saya masih ingat betul, waktu mempelajari sejarah zaman SMP baheula. Buku ini dibahas sekilas dan dipuji. Betapa isinya membuka kejahatan sistematis penjajahan Belanda di Indonesia. Membuka mata rakyat Belanda nun jauh disana, menyadarkan mereka betapa bangsa mereka kejam pada bangsa lain.

Buku ini, menjadi sangat fenomenal pada masanya. Membuat buku ini dicekal peredarannya, dan pada akhirnya membuat kerajaan Belanda memperlunak penjajahannya dan melakukan penebusan dosa dengan mendirikan sekolah untuk kaum pribumi Indonesia.

Berita sejarah yang singkat namun terasa luar biasa itu membuat rasa penasaran saya menyembul. Pertanyaan yang timbul adalah; ‘iya gitu?’, ‘seorang utusan menjelekkan bangsanya sendiri?’, ‘kejelekan dan kejahatan macam apa yang ia beberkan?’, dan ya... pertanyaan-pertanyaan remaja macam begitu lah! Pertanyaan yang membuat saya penasaran setengah mati, tapi tak membuat rasa penasaran itu sekarat. Keinginan menggenggam dan membaca Max Havelar tetap membara dalam relung hati saya (halakh!).

Hingga singkat cerita, setelah tepatnya 23 tahun berikutnya, saya melihat buku ini bertengger manis di rak buku adik saya, saat saya menyempatkan diri berkunjung ke rumah orangtua. Akhirnya saya dapatkan! Ini bukan mimpi kan? Saya meyakinkan diri saya dengan menyentuh dan membukanya (saya waras ya, jadi saya nggak perlu nyubit pipi saya sendiri), lalu tanpa menunggu, langsung memasukkan buku itu ke tas saya dan membawanya pulang!

(Ini bukan pencurian, saya cuma lupa bilang. Atau pencurian? Ah sudahlah, bukan itu yang ingin dibahas, toh suatu saat kalau saya menemukan buku yang bisa saya beli, akan saya kembalikan buku yang ini... hehe)

Saya selesaikan membacanya dalam dua hari. Ok, mungkin terlalu lama memang, tapi jujur saja, alur dan bahasa zaman dulu membuat saya sedikit merasa bosan membacanya. Jujur saja saya agak kecewa. Bukan karena alur dan bahasanya itu, tapi rasa fenomenal dan rasa luar biasa ternyata tak saya dapatkan dalam buku ini.

Tak seperti gembar-gembor buku sejarah dulu, ternyata saya tak mendapatkan kejahatan Belanda yang sangat sadis atau apa, sebaliknya saya malah mendapatkan kejahatan mereka hanya ‘biasa-biasa’ saja. Tak ada kekejaman macam Hitler (tentu saja!), apalagi dibandingkan kejahatan perang sebuah negara bernama Israel. Wah, terlalu jauh untuk dibandingkan.

Kejahatannya ‘cuma’, mereka menduduki bangsa lain. Itu saja.

Saya bukan menyepelekan sebuah kejahatan besar bernama penjajahan ya, saya hanya sedang membandingkannya dengan gambaran kekejaman Belanda yang saya tangkap dari buku sejarah zaman dulu.

Siapa yang salah? Apakah Douwes Dekker yang membahasakan kekejaman itu dengan bahasa yang terlalu lunak? Atau sejarah kita yang terlalu membesar-besarkan kekejaman penjajahan Belanda? Ataukah justru imajinasi saya yang terlalu hiperbola?

Ah, sudahlah, apapun itu, bahasan saya tentang buku ini akan terus berlanjut, sebagai pembuktian, bahwa apa yang saya katakan benar.

Belanda tak terlalu kejam. Tak sesadis Hitler, tak seberingas Israel.

Itupun jika—yang diberitakan Max Havelaar pada kita—adalah kebenaran...

Sabtu, 12 Maret 2016

Sekarang, Lipstik


Lagi demen bahas kosmetik nih. Kemarin bahas pelembab, sekarang bahas lipstik.

Saya bukan penggemar berat lipstik, meskipun keinginan hati mah semua warna dikoleksi. Tapi saya cukup punya perhatian khusus sama produk ini. Kenapa? Mhhh... kenapa ya...

Diantara semua lipstik yang ada, (tadinya 10 batang), ini lipstik favorit saya. Warnanya yang nude, bikin saya enggak kelihatan menor kalau saya pakai ini keluar rumah. Jenisnya mate, jadi enggak mengkilap. Ringan di bibir, dan warnanya tebal. Meskipun sekali usap, tetap terlihat tebal, bahkan saya harus tekankan bibir saya dengan tissue sebelum saya dapatkan warna tipis merata seperti yang saya mau. Kesan yang didapat, wajah saya jadi berkesan segar.

Lagi-lagi, produk ini recomended banget!

Jumat, 11 Maret 2016

Pelembab Wardah


Saya pakai ini belum lama, baru kurang dari semingguan. Ini saya beli dadakan, waktu lewat di sebuah mini market, karena saking butuhnya sama pelembab.

Sebelumnya, saya pakai pelembab dan krim pagi-malam dengan produk yang lain. Kulit saya masih kering, terutama di hidung, kadang sampe kulit aga ngelupas gitu saking keringnya. Kalau kata orang sunda mah, megar cenah. Itu enggak nyaman banget rasanya, udah mah enggak enak disentuh (kebiasaan jelek, don't try at home, kalo di jalan boleh kali ya, hehe), agak perih pula. Itu kalau saya pakai pelembab, kalau kebetulan lagi malas atau enggak keburu? Wadaw, bisa lebih parah dari itu enggak enaknya. Tambah lagi, si bedak juga enggak mau nempel dan apalagi 'megar' ny amalah nambah jelas. Rese ya?

Tapi bunda semua, ternyata tanpa sadar, saya sudah kehilangan masalah itu sekarang. Alhamdulillaah... Saya juga enggak nyangka, ternyata saya cocok banget pakai ini. Udah meresapnya cepat, kulit jadi enak di cubit, lembab, dan ringaaaan banget. Tambahan lagi cepat meresap jadi enggak lengket. Pencet-pencet hidug jadi lebih sering sekarang, hahay!

Produk ini recomended banget deh, terutama karena ada label halal MUI juga. Jadinya nyaman di hati juga.

Benarkan yang saya bilang? Allah akan ganti dengan yang lebih baik! Terimakasih ya Allah...

NB : Keluapaan, harga produk ini di mini market, 24.000,- IDR. Mureh yee...

Kamis, 10 Maret 2016

Buang Kosmetik

Masih ingat dengan posting saya sebelum ini? Yang tentang MLM itu... Kalau lupa, klik aja lagi ya...

Nah, berhubung dengan itu, hati saya dibukakan Allah untuk melihat lebih jauh tentang kosmetik. Bukan hanya soal kehalalan sistemnya, tapi juga tentu kehalalan produknya. Sekarang, bukan hanya soal makanan saja saya rewel soal kehalalan, tapi semuanya. Termasuk kosmetik.

Ternyata ya, kosmetik juga sangat perlu sertifikasi halal, meskipun pada dasarnya, kosmetik tidak kita makan. Kenapa?

Coba kita perhatikan hadits Jabir tentang masalah lemak bangkai,
. فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَرَأَيْتَ شُحُومَ الْمَيْتَةِ فَإِنَّهَا يُطْلَى بِهَا السُّفُنُ ، وَيُدْهَنُ بِهَا الْجُلُودُ ، وَيَسْتَصْبِحُ بِهَا النَّاسُ . فَقَالَ « لاَ ، هُوَ حَرَامٌ »
Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu mengenai jual beli lemak bangkai, mengingat lemak bangkai itu dipakai untuk menambal perahu, meminyaki kulit, dan dijadikan minyak untuk penerangan?” Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh! Jual beli lemak bangkai itu haram.” (HR. Bukhari no. 2236 dan Muslim, no. 4132).
Nah, buat menambal perahu saja tidak boleh memakai yang zatnya haram, apalagi dipakai kulit kan? Sekali lagi ya, yang zat-nya haram, seperti bangkai. Ada juga soalnya barang yang haram, tapi haram secara maknawi (perbuatannya) bukan zatnya. Ini seperti alkohol.
Makanya, tidak semua yang mengandung zat haram tidak boleh dipakai kosmetik. (Ini pendapat saya ya, hasil dengar dari beberapa ustadz nih). Boleh juga dilihat di https://www.rumahzakat.org/hukum-menggunakan-kosmetik-beralkohol/
Lalu bagaimana menentukan kosmetik yang saya gunakan halal atau haram? Weew... ternyata saya jadi bingung juga. Masalahnya, 'ingredients' yang tertera bahasa kimia semuanya. Bukannya jadi faham malah jadi muter nih mata. Haha...
Gampangnya, saya ambil yang sudah pasti-pasti saja deh! Apa tuh? Yang sudah jelas ada halal MUI-nya. Mereka sudah ahli dan menentukan suatu prosuk itu halal atau haram. Nah, hasilnya, ditemukanlah dua kelompok kosmetik di rumah saya.
1. Tanpa label halal MUI.

Whoaaa.... buanyaknya... (sambil dua tangan pegang pipi dan mata melotot karena syok). Saya juga kaget, ternyata saya sehobi itu ya dandan? Masa maskara aja sampe 3 batang? Terus body krim tiga toples (alakh, berasa kue pake toples segala), lipstik 5, kutex 3 (yang 1 enggak kefoto, lagi jalan-jalan kali tuh kutex), krim wajah (1,5 set), shadow 2 set, pallete (ini kosmetik favorit saya tadinya), terus entah apalagi... banyak banget dah!

Saya akan buang yang ini ya... kecuali parfum. Kok? Apa karena mahal, jadi parfume enggak dibuang? Hahay, ya enggak lah, tuh pallete kosmetik malah lebih mahal dari parfume saya mau buang juga. Alasannya, karena pada parfume, Saya baca ingredients-nya ternyata cuma alkohol, parfume, aqua. Dan saya juga pernah baca (lupa dimana), kalau yang bentuknya cair, kecil kemungkinan memakai lemak-lemakan, sebagaimana yang saya khawatirkan pada produk berbentuk padat dan krim.

Jadi kesimpulannya? Buang!

Sayang? Ah, kalau masalah hukum Allah mah enggak usah dibawa baper ya. Yakin aja, kita buang karena Allah, bakalan diganti sama Allah dengan yang lebih baik. Gitu aja kok repot. Hehe...

2. Yang pake label halal MUI


Reaksinya sama kayak waktu ngumpulin kosmetik non label halal, syok. Meski alasannya berbeda. Syok-karena, 'kok kosmetik halal-ku cuman segini ya? Cuman 1 tube pelembab, i bedak padat, dua lipstik, sudah.' Hiks... ya Allah... ampuni aku... 

Ini jelas terselamatkan, tidak dieliminasi dan jadi juaranya! Dapat hadiah mobil dan uang ratusan juta! (Eh, kok jadi kayak kontes idol-idol-an, mentang-mentang ada kata elilminasi segala).

Kedepannya, cuma label halal yang akan temani hidup saya. Semoga pengorbanan saya jadi pahala dan Dia Ridhoi, dan semoga Allah terus tunjukkan pada saya kebenaran dengan terang, dan kesalahan dengan jelas. Amiin...

Selasa, 23 Februari 2016

MLM haram?

Wah, wah... MLM haram sepertinya kalimat yang tendensius ya? Apalagi untuk para pelaku bisnis MLM macam Oriflame, K-Link, HPAI, bla... bla... bla...

wadaw, saya juga anggota member nih, dan baru mau akan daftar baru sebagai member Oriflame karena hampir setahun kemarin tidak aktif. Niatnya sih bukan bisnisnya, tapi dagangnya, saya butuh produknya.

Tapi sebelum itu, ternyata saya dapati ceramah Ust. Khalid Basalamah yang mengatakan haram. Saya fikirkan, kemudian saya endapkan. Tak lama kemudian, saya dapat tulisan si linimasa facebook saya soal ini, dari Islamedia. saya jadi berpikir, jangan-jangan ini petunjuk Allah ya?

Yang saya lakukan selanjutnya adalah buka-buka dan baca-baca tentang berbagai pendapat yang bertebaran meriah di dunia maya. Hasilnya? inilah yang saya dapatkan...


" Praktik PLBS wajib memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Adanya obyek transaksi riil yang diperjualbelikan berupa barang atau produk jasa; 
2. Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang diharamkan dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram; 
3. Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak mengandung unsur gharar, maysir, riba, dharar, dzulm, maksiat; 
4. Tidak ada kenaikan harga/biaya yang berlebihan (excessive mark-up), sehingga merugikan konsumen karena tidak sepadan dengan kualitas/manfaat yang diperoleh; 75 Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) 7 Dewan Syariah Nasional MUI 
5. Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang atau produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS; 
6. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh perusahaan; 
7. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau jasa; 
8. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) tidak menimbulkan ighra’. 
9. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara anggota pertama dengan anggota berikutnya; 
10. Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk penghargaan dan acara seremonial yang dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti syirik, kultus, maksiat dan lainlain; 
 11. Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota yang direkrutnya tersebut; 12.Tidak melakukan kegiatan money game


Saya tak mau berargumen, tak mau berpendapat untuk menghakimi para pelaku member MLM. Tetapi pedoman di atas telah cukup memberikan penerangan bagi saya.

Saya mengambil kesimpulan untuk diri saya sendiri, bahwa saya akan mundur dari beberapa MLM, urung mendafta ke salah satu MLM, dan hanya mempertahankan satu MLM yang menurut pendapat saya dikategorikan halal.

Anda? Bijaklah.

Saya hanya ingin mengingatkan, jual beli yang dihalalkan masih banyak. Meninggalkan yang haram, akan Allah bukakan banyak rizki dari pintu yang halal. Kesampingkan egosentris, dan kedepankan Allah-sentris. Segalanya dari 'sudut pandang' Allah saja, Yang Maha Tahu segala yang terbaik buat kita.

Wallahhu a'lam bishawwab.

Jumat, 19 Februari 2016

Ber'ayah' ada ber'ayah' tiada, ber'ibu' ada ber'ibu' tiada

Kalimat ini sering sekali saya dengar dari seorang psikolog bernama Elly Risman. Psikolog, yang sering sekali saya dengar ceramahnya. Tapi akhir-akhir ini, kalimat akrab itu mengusik saya lebih keras dari biasanya, seolah kalimat itulah penyebab segala permasalahan yang menggelayut memberati bangsa ini.

Benarkah kesimpulan saya? Entahlah, saya harus berpikir panjang dan jernih untuk menjawab pertanyaan itu. Tapi pada tahap awal, kalimat itu membuat mata saya lebih peka daripada biasanya.

Saya jadi semakin memperhatikan wajah, terutama bola mata mereka, anak-anak yang ditinggalkan kedua orang tuanya pergi bekerja. Wajah mungil dan bola mata bening dari anak saudara saya, anak dari kakak saya, anak dari tetangga terdekat saya, anak dari teman-teman saya. Entah memang memang kenyataannya, atau hanya oerasaan saya saja tapi saya merasakan perbedaan mereka dari anak yang punya 'mother full time'.

Saya merasakan perbedaan jelas itu pada sorot mata mereka. Pada anak yang punya ibu penuh waktu, ada mata ceria, lincah dan bahagia. Bahagia yang penuh dan menyeluruh. Tapi pada mata mereka, anak tanpa orang tua itu terutama ibu, saya melihat cahaya yang redup. Apa saya saja yang terlalu melankolis? Terlalu memdramatisir? Terlalu 'baper'?

Saya tak tahu. Tapi pemandangan itu membuat saya tetiba merasa iba pada mereka. Pada anak yang ditinggal ibu dan ayah bekerja, pada ayah yang punya waktu sempit bertemu anak dan istrinya, tapi yang lebih lagi, saya kasihan pada ibunya. Kenapa?

Saya seorang ibu sepenuh waktu. Saya memilih berhenti bekerja setelah saya menikah. Dari sejak gadis, saya sudah berpikir menjadi pendidik pertama bagi anak-anak saya, karena itu sejak saya menikah, saya mempersiapkan diri saya untuk menjadi ibu sebenarnya bagi anak-anak. Saat mengandung, saya mengajak janin saya bicara, mebgajaknya mengobrol, membacakan segala hal padanya, memperdengarkan murotal, dan meminta abi-nya janin meniru apa yang saya lakukan.

Saat lahir, saya tak melakukan apapun selain mengasuh anak. Saya menjadikan mereka yang pertama mendapat perhatian dan mengesampingkan pekerjaan rumah yang menumpuk. Saya bahagiakan diri saya dengan membahagiakan mereka. Hasilnya, bukan hanya anak saya yang bahagia, tapi terutama kami, orang tuanya.

Saya selalu merasa bahagia melihat anak saya menatap mata saya saat menyusu, memainkan hidung dan bibir saya, menunggangi punggung kami, bahkan saya bahagia saat mereka menarik rambuyt saya sampai rontok!

Aneh? Tidak. Anda yang seorang ibu, pasti tahu bagaimana kebahagiaan yang sara rasakan.

Tapi jika anda hanya ibu paruh waktu, apalagi menyerahkan susuan anak anda pada botol susu, dan menyewakan pengasuh, saya tak yakin anda merasakan kebahagiaan besar seperti yang kami, para ibu penuh waktu rasakan.

Dan cukup pada alasan saja, saya merasa kasihan pada anda…

Selasa, 09 Februari 2016

Jangan Putus Asa

Dunia sudah sampai pada puncak usianya. Sudah tua, sudah terlalu banyak masalah.

Bakal berderet daftar panjang segala berita negatifnya jika kita mau rajin membuat list-nya. Mulai dari masalah negeri sendiri yang membuat badai di kepala sendiri, hingga peristiwa jauh di negeri yang tak pernah dipijak yang bikin miris dan menangis.

Sebagai contoh saja, wall FB saya sedang ramai dengan berita penganut LGBT yang maik berani, lalu dibawahnya ada status protes tokoh bangsa pada kebijakan dagang pemerintah kita yang aneh, dan jangan lupakan tentang ngerinya dunia anak dan remaja kita tentang freesex (ingat ya, bentar lagi 14 Februari). Peristiwa luar negerinya, masih bertahan di Suriah dan Palestina yang jadi topik utama pada mata saya, topik yang mungkin hanya berakhir saat akhir zaman benar-benar telah bertamu di pintu gerbang.

Segalanya telah riuh memuncak di benak saya. Membuat kening saya berkerut dan lupa terurai. Membuat uban saya tumbuh dan bikin gatal kepala. Membuat mata berair padahal hati telah kebal paripurna.

Pada situasi ini, saya ingat ucapan seorang ustadz yang mungkin tengah kesal dengan perilaku penghuni dunia, "Saya akan minta Allah hancurkan dunia ini, agar lekas Ia ganti dengan ummat yang lebih baik!"

Tapi selesaikah segala kepusingan dengan aral melintang pikiran? Tidak. Anda tahu itu jawabnnya. Tidak selesai.

Lantas? Berbuat. Itu pastinya. Meski setetes yang tak mungkin padamkan kobaran, toh itu akan melepaskan kita dari tanggung jawab tanya tentang 'amar makruf nahyi munkar', sejauh mana kita telah terlibat didalamnya. Berbuat, bukan untuk menengok hasil, apalagi ditambah dengan tergesa-gesa yang segera saja bikin kita putus asa. Bergerak, adalah untuk menambah pundi-pundi amal kita. Mengingatkan, adalah untuk menabung pahala. Sementara hasil, adalah haknya Allah ta'ala. Dia mau padamkan kobarannya, atau tambah baranya, adalah murni kehendak Dia. Dengan atau tanpa tetesan air dari kita.

Tak ada kolerasi antara gerak dan perubahan. Tak ada sambungan antara berbuat dengan hasil yang didapat. Tak ada. Sama sekali.

Nah, kalau tujuannya sudah benar serupa itu, maka apapun keadaan dunia tak akan membuat kita merasa tak berarti. Tak akan membuat jiwa kita panik juga. Lalu setelah itu, tak akan ada putus asa.

Wala tai'asu... Dan janganlah berputus asa…, sebab segalanya tergantung pada Dia...

Sabtu, 06 Februari 2016

Paket Perak


Banyak yang tanya soal paket Wedding yang saya kelola, biar mudah, silahkan langsung lohat disini ya...

Paket Perak

Paket Pernikahan untuk 300 orang (Rp. 45.500.000)

1. Wedding Organizer Crew
2. Buffet utama 300 porsi
3. Jasa Pelayanan
4. Dekorasi:
     a. Dekorasi Buffet Utama 2 Set
     b. Dekorasi Buffet VIP
     c. Dekorasi Dessert
     d. Bunga segar 2 buah untuk meja tamu
     e. Pergola jalan canopy/gazebo
     f. Ice carving + Ice tray
    g. Janur umbul-umbul 1 buah
     h. Dekorasi Foto booth stand
5. Rias busana dan Accessories:
     a. Rias + Busana pengantin untuk akad nikah (hari yang sama)
      b. Rias + Busana Pengantin untuk resepsi
      c. Rias + Busana Pendamping orangtua 2 pasang
     d. Rias + Busana Penerima tamu 4 orang
     e. Rias + Busana pagar ayu dan bagus 6 pasang
6. Pelaminan dan Dekorasi:
     a. Pelaminan (adat/modern)
     b. Palem background untuk pelaminan
     c. Bunga pelaminan standart 3 titik (Jawa/Sunda)
     d. Taman pelaminan + Air Mancur
     e. Karpet jalan + Panggung Pelaminan
     f. Standing Flower 1 Pasang Untuk pelaminan
    g. Standing Flower 2 Pasang
7. Photo dokumentasi:
     a. Foto 20 halaman / 10 Sheet album Exclusive Kolase
     b. Foto Prawedding outdoor & Wedding
     c. Video shooting
     d. Transfer Flashdisk
8. Pelengkap:
     a. Buku tamu + 2 buah spidol
     b. Meja penerima tamu 2 buah (dipinjamkan)
     c. Standing Foto + Frame 2bh (dipinjamkan)
     d. Tempat angpaw & souvenir (dipinjamkan)
     e. Souvenir 300 buah.
9. Acara
     a. MC acara
     b. Qori Tillawah Qur'an
     c. Organ Tunggal/gambus/marawis/Akustik Musik (pilihan)
     d. Ustadz untuk khutbah nikah
10. Bonus:
       a. Buffet Keluarga 60 porsi
       b. Foto + frame ukuran 50x60cm 1buah
       c. Snack Box pasca akad nikah 60 box
       d. Wedding theme & foto booth corner
11. Gubukan (4 macam)

Buku Terlarang di Arena BBF 2016


Ada bulu kuduk meremang ketika saya menemukan buku ini diantara buku-buku yang dijual di arena Bandung Book Fair. Buku ini terpajang sombong tanpa malu-malu dideretan buku-buku yang dijuduli 'buku dari bapak bangsa', persisnya saya lupa, tapi setema itulah. Buku ini saya temukan ketika mata saya begitu berbinar karena menemukan tulisan-tulisan lama karya HOS. Tjokroaminoto, M. Natsir, juga Soekarno. Tapi semangat saya yang meluap langsung kempis seperti kerupuk tersiram air panas begitu melihat buku ini ada di deretan buku mereka.

Antara marah dan ngeri, saya menghampiri penjaga stand, dan sediki mengancamnya untuk menarik buku itu kedalam. Setelah ada jawaban 'iya' berkali-kali darinya, saya dan suami pun kembali berkeliling. Melihat-lihat stand lain, rupanya sudah kehilangan nikmat. Ingatan saya selalu kembali pada buku-buku ini.

Kaki saya lemas, tangan saya bergetar, dan kepala saya mendidih. Oh ya, saya tak bisa puas hanya dengan mengongatkan penajga toko yang mengaku tak tahu apa-apa. Saya dan suami sepakat menuju meja panitia, yang akhirnya mempertemukan kami dengan penanggungjawab acara. Beliau yang memperkenalkan diri dengan nama 'Agus' menyambut kami ramah dan berjanji akan melihat lokasi. Meski tak menjanjikan akan menarik buku tersebut. Tapi toh, saya sudah mengingatkan mereka. Kewajiban saya sudah tunai. Di mata Allah, tanggung jawab saya telah selesai…

Tapi… selesaikah pikiran saya hingga batas itu? Tidak. Buku itu, mengusik sisi terdalam dalam benak saya, menimbulkan ribuan pertanyaan yang entah pada siapa harus saya lontarkan.

1. Tidakkah orang lain yang melihat buku itu sama merinding dan takutnya pada pemikiran atheis yang dibawa buku itu? Mengingat, dari beberapa orang, sepertinya hanya saya yang gelisah di stand itu pada waktu itu? Atau adakah yang juga gelisah dan dama protes seperti saya, namin saya tak tahu? Saya berharap demikian. Sungguh saya berharap demikian...

2. Dari sekian lama pengembaraan saya di toko buku, di arena pameran buku, rasanya baru kali ini saya menemukan buku terlarang itu tertangkap pandangan saya. Baru kali ini saya lihat buku itu nyaman saja terpajang. Apakah larangan organisasi haram PKI telah dicabut tanpa saya tahu informasinya? Ataukah telah terjadi kelonggaran massal entah karena apa? Sebagaimana longgar dan bebasnya para penganut syiah dan liberal berjalan di bumi Indonesia sekarang ini?

3. Apakah siswa siswi sekarang ini, pelajar, remaja, tak lagi mendapatkan doktris keras tentang betapa bahayanya organisasi ini, sebagaimana dulu saya mendapatkannya semasa sekolah?

4. Apakah era sekarang telah begitu longgarnya pada pemikiran-pemikiran mereka?

5. Apakah...?

6. Apakah…

7. Oh, Allah…


Selasa, 02 Februari 2016

Ust. Khalid Basalamah


Punya keasyikan baru sejak beberapa hari ini. Mendengarkan ceramah Ust. Dr. Khalid Zeed Abdullah Basalamah, Lc. Pertama kali mendengar/menonton ceramah beliau setahun lalu saat Ramadhan, kemarin-kemarin kembali tertarik setelah mendapati kajian Sirah Nabawiyyah yang ternyata telah sampai di bulan 29. Wah, ketinggalan banyak nih…

Kajiannya panjang…, dalam, lugas, dan seru! Ruhnya juga penuh. Mendengarkan paparan beliau sambil memejamkan mata, seolah saya diterbangkan pada situasi masa itu. Bersama para shahabat mengepung benteng bani QuraidzahQuraidzah, bersama menggali parit, juga tetiba menjadi waktu yang menyaksikan percakapan 'gila' kaum Yahudi yang bandel.

Kalau ada waktu, saya ingin menampilkan seluruh ceramah beliau dalam blog saya. Tapi tentu, saya harus minta izin pada beliau sebelum melakukannya. In sha Allah beliau mengizinkan. Doakan saja saya punya banyak waktu ya… Dan, doakan juga, moga dalam waktu yang tak lama saya sudah dikaruniai rezki berupa pc, biar lebih mudah klik ini itu… hehe…

Baiklah… saatnya menonton beliau lagi…

Semoga Allah merahmati anda Ustadz...

Apalah…

Kesibukan kadang menenggelamkan. Membuat kita lupa pada hakikat diri kita, tergilas rutinitas yang menyita waktu, menghabiskan usia. Lupalah jadinya dengan segala tujuan, tergoda remah-remah remeh yang membuat jiwa kita berserak. Tak teratur, tak berususun, berantakan, kalang kabut bak terlindas angin ribut. Kacaulah sudah jiwa kita. Tak berbentuk. Bingun sudah di ujung. Terduduk, lelah terkejut. Apa sudah kuta buat? Mengapa jadi seperti ini?