Dunia sudah sampai pada puncak usianya. Sudah tua, sudah terlalu banyak masalah.
Bakal berderet daftar panjang segala berita negatifnya jika kita mau rajin membuat list-nya. Mulai dari masalah negeri sendiri yang membuat badai di kepala sendiri, hingga peristiwa jauh di negeri yang tak pernah dipijak yang bikin miris dan menangis.
Sebagai contoh saja, wall FB saya sedang ramai dengan berita penganut LGBT yang maik berani, lalu dibawahnya ada status protes tokoh bangsa pada kebijakan dagang pemerintah kita yang aneh, dan jangan lupakan tentang ngerinya dunia anak dan remaja kita tentang freesex (ingat ya, bentar lagi 14 Februari). Peristiwa luar negerinya, masih bertahan di Suriah dan Palestina yang jadi topik utama pada mata saya, topik yang mungkin hanya berakhir saat akhir zaman benar-benar telah bertamu di pintu gerbang.
Segalanya telah riuh memuncak di benak saya. Membuat kening saya berkerut dan lupa terurai. Membuat uban saya tumbuh dan bikin gatal kepala. Membuat mata berair padahal hati telah kebal paripurna.
Pada situasi ini, saya ingat ucapan seorang ustadz yang mungkin tengah kesal dengan perilaku penghuni dunia, "Saya akan minta Allah hancurkan dunia ini, agar lekas Ia ganti dengan ummat yang lebih baik!"
Tapi selesaikah segala kepusingan dengan aral melintang pikiran? Tidak. Anda tahu itu jawabnnya. Tidak selesai.
Lantas? Berbuat. Itu pastinya. Meski setetes yang tak mungkin padamkan kobaran, toh itu akan melepaskan kita dari tanggung jawab tanya tentang 'amar makruf nahyi munkar', sejauh mana kita telah terlibat didalamnya. Berbuat, bukan untuk menengok hasil, apalagi ditambah dengan tergesa-gesa yang segera saja bikin kita putus asa. Bergerak, adalah untuk menambah pundi-pundi amal kita. Mengingatkan, adalah untuk menabung pahala. Sementara hasil, adalah haknya Allah ta'ala. Dia mau padamkan kobarannya, atau tambah baranya, adalah murni kehendak Dia. Dengan atau tanpa tetesan air dari kita.
Tak ada kolerasi antara gerak dan perubahan. Tak ada sambungan antara berbuat dengan hasil yang didapat. Tak ada. Sama sekali.
Nah, kalau tujuannya sudah benar serupa itu, maka apapun keadaan dunia tak akan membuat kita merasa tak berarti. Tak akan membuat jiwa kita panik juga. Lalu setelah itu, tak akan ada putus asa.
Wala tai'asu... Dan janganlah berputus asa…, sebab segalanya tergantung pada Dia...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar