Sabtu, 12 Maret 2016

Sekarang, Lipstik


Lagi demen bahas kosmetik nih. Kemarin bahas pelembab, sekarang bahas lipstik.

Saya bukan penggemar berat lipstik, meskipun keinginan hati mah semua warna dikoleksi. Tapi saya cukup punya perhatian khusus sama produk ini. Kenapa? Mhhh... kenapa ya...

Diantara semua lipstik yang ada, (tadinya 10 batang), ini lipstik favorit saya. Warnanya yang nude, bikin saya enggak kelihatan menor kalau saya pakai ini keluar rumah. Jenisnya mate, jadi enggak mengkilap. Ringan di bibir, dan warnanya tebal. Meskipun sekali usap, tetap terlihat tebal, bahkan saya harus tekankan bibir saya dengan tissue sebelum saya dapatkan warna tipis merata seperti yang saya mau. Kesan yang didapat, wajah saya jadi berkesan segar.

Lagi-lagi, produk ini recomended banget!

Jumat, 11 Maret 2016

Pelembab Wardah


Saya pakai ini belum lama, baru kurang dari semingguan. Ini saya beli dadakan, waktu lewat di sebuah mini market, karena saking butuhnya sama pelembab.

Sebelumnya, saya pakai pelembab dan krim pagi-malam dengan produk yang lain. Kulit saya masih kering, terutama di hidung, kadang sampe kulit aga ngelupas gitu saking keringnya. Kalau kata orang sunda mah, megar cenah. Itu enggak nyaman banget rasanya, udah mah enggak enak disentuh (kebiasaan jelek, don't try at home, kalo di jalan boleh kali ya, hehe), agak perih pula. Itu kalau saya pakai pelembab, kalau kebetulan lagi malas atau enggak keburu? Wadaw, bisa lebih parah dari itu enggak enaknya. Tambah lagi, si bedak juga enggak mau nempel dan apalagi 'megar' ny amalah nambah jelas. Rese ya?

Tapi bunda semua, ternyata tanpa sadar, saya sudah kehilangan masalah itu sekarang. Alhamdulillaah... Saya juga enggak nyangka, ternyata saya cocok banget pakai ini. Udah meresapnya cepat, kulit jadi enak di cubit, lembab, dan ringaaaan banget. Tambahan lagi cepat meresap jadi enggak lengket. Pencet-pencet hidug jadi lebih sering sekarang, hahay!

Produk ini recomended banget deh, terutama karena ada label halal MUI juga. Jadinya nyaman di hati juga.

Benarkan yang saya bilang? Allah akan ganti dengan yang lebih baik! Terimakasih ya Allah...

NB : Keluapaan, harga produk ini di mini market, 24.000,- IDR. Mureh yee...

Kamis, 10 Maret 2016

Buang Kosmetik

Masih ingat dengan posting saya sebelum ini? Yang tentang MLM itu... Kalau lupa, klik aja lagi ya...

Nah, berhubung dengan itu, hati saya dibukakan Allah untuk melihat lebih jauh tentang kosmetik. Bukan hanya soal kehalalan sistemnya, tapi juga tentu kehalalan produknya. Sekarang, bukan hanya soal makanan saja saya rewel soal kehalalan, tapi semuanya. Termasuk kosmetik.

Ternyata ya, kosmetik juga sangat perlu sertifikasi halal, meskipun pada dasarnya, kosmetik tidak kita makan. Kenapa?

Coba kita perhatikan hadits Jabir tentang masalah lemak bangkai,
. فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَرَأَيْتَ شُحُومَ الْمَيْتَةِ فَإِنَّهَا يُطْلَى بِهَا السُّفُنُ ، وَيُدْهَنُ بِهَا الْجُلُودُ ، وَيَسْتَصْبِحُ بِهَا النَّاسُ . فَقَالَ « لاَ ، هُوَ حَرَامٌ »
Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu mengenai jual beli lemak bangkai, mengingat lemak bangkai itu dipakai untuk menambal perahu, meminyaki kulit, dan dijadikan minyak untuk penerangan?” Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh! Jual beli lemak bangkai itu haram.” (HR. Bukhari no. 2236 dan Muslim, no. 4132).
Nah, buat menambal perahu saja tidak boleh memakai yang zatnya haram, apalagi dipakai kulit kan? Sekali lagi ya, yang zat-nya haram, seperti bangkai. Ada juga soalnya barang yang haram, tapi haram secara maknawi (perbuatannya) bukan zatnya. Ini seperti alkohol.
Makanya, tidak semua yang mengandung zat haram tidak boleh dipakai kosmetik. (Ini pendapat saya ya, hasil dengar dari beberapa ustadz nih). Boleh juga dilihat di https://www.rumahzakat.org/hukum-menggunakan-kosmetik-beralkohol/
Lalu bagaimana menentukan kosmetik yang saya gunakan halal atau haram? Weew... ternyata saya jadi bingung juga. Masalahnya, 'ingredients' yang tertera bahasa kimia semuanya. Bukannya jadi faham malah jadi muter nih mata. Haha...
Gampangnya, saya ambil yang sudah pasti-pasti saja deh! Apa tuh? Yang sudah jelas ada halal MUI-nya. Mereka sudah ahli dan menentukan suatu prosuk itu halal atau haram. Nah, hasilnya, ditemukanlah dua kelompok kosmetik di rumah saya.
1. Tanpa label halal MUI.

Whoaaa.... buanyaknya... (sambil dua tangan pegang pipi dan mata melotot karena syok). Saya juga kaget, ternyata saya sehobi itu ya dandan? Masa maskara aja sampe 3 batang? Terus body krim tiga toples (alakh, berasa kue pake toples segala), lipstik 5, kutex 3 (yang 1 enggak kefoto, lagi jalan-jalan kali tuh kutex), krim wajah (1,5 set), shadow 2 set, pallete (ini kosmetik favorit saya tadinya), terus entah apalagi... banyak banget dah!

Saya akan buang yang ini ya... kecuali parfum. Kok? Apa karena mahal, jadi parfume enggak dibuang? Hahay, ya enggak lah, tuh pallete kosmetik malah lebih mahal dari parfume saya mau buang juga. Alasannya, karena pada parfume, Saya baca ingredients-nya ternyata cuma alkohol, parfume, aqua. Dan saya juga pernah baca (lupa dimana), kalau yang bentuknya cair, kecil kemungkinan memakai lemak-lemakan, sebagaimana yang saya khawatirkan pada produk berbentuk padat dan krim.

Jadi kesimpulannya? Buang!

Sayang? Ah, kalau masalah hukum Allah mah enggak usah dibawa baper ya. Yakin aja, kita buang karena Allah, bakalan diganti sama Allah dengan yang lebih baik. Gitu aja kok repot. Hehe...

2. Yang pake label halal MUI


Reaksinya sama kayak waktu ngumpulin kosmetik non label halal, syok. Meski alasannya berbeda. Syok-karena, 'kok kosmetik halal-ku cuman segini ya? Cuman 1 tube pelembab, i bedak padat, dua lipstik, sudah.' Hiks... ya Allah... ampuni aku... 

Ini jelas terselamatkan, tidak dieliminasi dan jadi juaranya! Dapat hadiah mobil dan uang ratusan juta! (Eh, kok jadi kayak kontes idol-idol-an, mentang-mentang ada kata elilminasi segala).

Kedepannya, cuma label halal yang akan temani hidup saya. Semoga pengorbanan saya jadi pahala dan Dia Ridhoi, dan semoga Allah terus tunjukkan pada saya kebenaran dengan terang, dan kesalahan dengan jelas. Amiin...